Selasa, 04 Februari 2014

KERINGAT

Ini percakapanku dengan seorang teman yang baru satu bulan ini kukenal. Sore itu sudah waktunya keluar pabrik, namun beliau belum pulang. Ya kami sama- sama belum belum pulang. Bedanya beliau belum pulang karena menjalankan amanah, sedangkan aku belum pulang karena hasrat duniawi. Karena itulah percakapan ini terjadi: 

Bapak : Sudah shalat ashar Pak Alif? (Walaupun ia lebih tua tujuh tahun dariku, namun ia selalu memanggilku dengan panggilan Bapak, sebuah penghormatan bagiku, mungkin inilah salah satu janji Allah yang akan meninggikan derajat orang yang ”berilmu”, karena sang Bapak berpendidikan hingga SLTA, dan beliau menghormatiku yang kebetulan seorang mahasiswa atau lantaran wajahku yang terlihat tua???? Sang Bapak membuatku galau.....) 

Saya : sudah Pak (Kebetulan saya shalat lebih awal lantaran takut ketinggalan bus jemputan,,, Ah... sebuah ketidakikhlasan yang sulit kutinggalkan) 

Bapak : yo wes... saya shalat dulu y.... 

Saya : kok keringatan pak????? Tanyaku menghentikan langkahnya (sebagai seorang team leader, pekerjaannya tak menuntutnya untuk bekeringat, pekerjaannya hanya memantau anggotanya untuk bekerja dengan baik, jabatan ini ia dapatkan setelah tujuh tahun bekerja banting tulang di pabrik ini, namun kali ini ia harus bekeringat) 

Bapak : iya pak, anggota banyak yang gak masuk, jadi saya harus menggantikan tugas mereka (sang Bapak harus menggantikan anggota yang tidak masik, lagi- lagi karena BANJIR……. tugasnya adalah mensuplay part2 dengan cara mendorong setiap pallet yang datang dari supplier agar produksi tidak berhenti)

Saya : wah lembur dong Pak??? 

Bapak : Iya Pak Alif, gak pa2 namanya juga sudah tugas jadi ya harus dikerjakan. Itung2 nambah ibadah dan tambahannya juga buat anak istri koq Pak Alif… jawabnya sambil tersenyum dan berlalu meninggalkanku yang masih berkutat dengan kesibukan duniawi….. 

Pikiranku terbang jauh ke sebuah desa di pulau diseberang lautan sana. BAPAKKU…. Mungkin ini sekelumit perjuangan yang dialami Bapakku untuk berjuang membesarkan dan mendidik anak- anaknya. Aku terdiam…. Tak banyak bicara… dalam hatiku bertanya jauh ke masa depan “Bisakah aku bisa menjadi setegar Bapak???”, “Terima kasih Pak!!!”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar